Shouldn’t Have #11

image

by bebebaek_

prolog | chapter 1 | chapter 2 | chapter 3 |chapter 4 | chapter 5 | chapter 6 | chapter 7 | chapter 8 | chapter 9 | chapter 10 |

Main cast : Park Ae Yeon (oc), Oh Se Hun (EXO).

Addicional Cast : Park Chan Yeol (EXO), Nam Hye Jin (oc), Kim Ra Ra (oc), Byun Baekhyun (EXO), Song Ji Min (oc), Kim Jong Dae (EXO).

Genre : family, marriage life, sad, romance.

Length : Chaptered | Rating : PG 15

Hasil khayalan murni, don’t plagiat.

Sorry Typo-.-

.

.

.

Bagai di sambar petir dengan begitu keras menembus dada meremukkan jantung membuat senyum yang sebelumnya terpatri indah terulas di bibir ranum ae yeon sirna seketika. Pemandangan yang kini tertangkap lensa matanya membuat seluruh saraf di tubuhnya lumpuh.

Dengan tertatih, pelan-pelan ae yeon memalingkan tubuhnya mengambil nafas dalam meski oksigen terasa memusuhinya. Kedua bola mata bening gadis itu bergerak gelisah, hatinya benar-benar sakit. Mata bening itu tidak lagi kuat menahan bendungan yang sejak tadi menggenang. Gadis itu meloloskan satu bulir bening dari sudut perihnya beriringan dengan langkah pelan kedua kakinya meninggalkan ruangan yang memberi hantaman kuat pada perasaannya, keyakinannya dan ego yang telah di ambilnya.

Di sudut lain koridor ruang rawat lantai lima tersebut seseorang yang sejak beberapa saat lalu memperhatikan seorang gadis dengan jubah putihnya yang menatap pedih pada pintu di depannya. Orang itu menatap penuh iba dan bersalah pada punggung gadis yang mulai bergoncang di sela ayunan langkahnya menjauhi ruangan tersebut.

Satu pekan berlalu ae yeon tetap menjalankan rutinitasnya berjaga di ruang rawat, melakukan pemeriksaan dan semangat untuk merampungkan tesisnya. Bayangan akan segera menyelesaikan masa residennya mampu mengalihkan perhatian gadis itu pada seseorang yang hingga kini tidak lagi menghubunginya.

Ae yeon masih mampu berdiri, bertahan meski sakit akan luka yang masih menganga itu terkadang menerjang pikiran bebasnya.

Janji-janji yang pernah di lontarkan sehun tidak lagi di indahkannya, ae yeon sadar jika apa yg di lakukan sehun mungkin benar. Kembali pada istrinya. Ya, suami mana yang tega meninggalkan istrinya yang sedang sakit.

Mungkin selama ini rasa yang di miliki sehun tidak seperti perasaan yang ada pada ae yeon, namja itu mungkin tidak tahu. Ya, mungkin perasaan sehun untuknya hanyalah sebuah perasaan suka. Rasa yang masih dangkal untuk sebuah pengorbanan.

“Dokter noona, apa aku boleh memakan ini ?” Sebuah suara halus menginterupsi lamunan ae yeon yang tengah berdiri menulis laporan hasil pemeriksaannya di pusat penjagaan perawat.

“Eoh, yongju-ya. Mengapa kau keluar ?” Tanya ae yeon pada anak kecil yang berdiri menegadah di depannya.

“Aku bosan di dalam, semuanya sedang tidak ingin bermain. Jinho, Yeori, Seowu dan lainnya sedang bersama eomma mereka” jawab anak tersebut terdengar kecewa.

Ae yeon tersenyum. Ya, ae yeon tahu eomma yongju pasti tengah bekerja dan tidak ada yang menemani namja kecil ini karena bagaimanapun eomma yongju harus membanting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka yang hanya berdua.

“Noona aku boleh makan cemilan ini ?” Tanya anak itu lagi.

Ae yeon berjongkok di depan namja kecil itu, menyamakan tinggi keduanya.

“Tidak. Yongju masih belum boleh memakan makanan itu” kata ae yeon masih dengan senyumnya.

Wajah anak itu berubah muram, kepalanya menunduk dengan lengan yang menjuntai di kedua sisinya masih memegang bungkasan makanan ringan tersebut.

“Dimana yongju menemukan cemilan itu ?” Tanya ae yeon lagi.

“Eum” jongyu menunjuk pada deretan kursi panjang di sisi kiri ruangan.

“Ahh, jadi ini bukan milik yongju ?”

“Aku hanya mengambilnya karena tidak ada seorangpun di sana”

“Emmm. Benar. Ah, yongju sudah terlalu lama di luar dan sekarang sudah waktunya meminum obat, kajja kita kembali ke dalam”

“Mengapa aku harus meminum obat ? Rasanya tidak enak”

“Hmmm, bukankah yongju ingin sembuh. Yongju ingin segera pulang kan ?”

“Aniya. Yongju tidak ingin pulang, di rumah sepi tidak ada teman-teman”

Ae yeon tersenyum “bagaimanapun yongju harus cepat sembuh, apa yongju ingin terus membuat eomma yongju sedih ?”

“Tidak. yongju tidak ingin eomma sedih”

“Kalau begitu yongju harus meminum obatnya, kajja. Yongju mau noona temani ? Bukankah tadi yongju bilang yongju kesepian ?”

“Eum” angguk anak itu membalas senyum ae yeon.

“Tapi sebelumnya berikan cemilan itu pada noona” pinta ae yeon.

“Nae” Turut yongju menyerahkan cemilan yang di temukannya kepada ae yeon yang di sambut ae yeon masih dengan senyumnya, meletakkannya di atas meja kemudian melangkah bersama yongju memasuki ruang perawatan.

.

.

.

Ae yeon melangkah keluar dari ruang rawat anak-anak setelah selesai melakukan pemeriksaan pada jam siangnya. Gadis itu dapat meninggalkan yongju juga karena ibu dari anak tersebut telah kembali.

Ae yeon menghembuskan nafasnya keras, kakinya kembali mengayun menuju kantin di lantai utama. Gadis itu ingin membeli satu cup coffe hangat untuk sekedar melepas penatnya.

Masih merajut langkahnya dengan sesekali membalas sapaan beberapa orang yang menyapanya tiba-tiba gadis itu menghentikan langkahnya saat kini di depannya seseorang yang juga tengah berjalan santai menghentikan langkahnya.

Sehun yang baru saja tiba memasuki rumah sakit untuk kembali menjenguk dan melihat keadaan rara melangkah ringan menuju ruang rawat istrinya tersebut, namun langkah namja itu tertahan saat gadis yang sudah beberapa lama tidak di temuinya berdiri mematung di depannya. Sehun juga menghentikan langkahnya, ada begitu banyak sesuatu yang ingin di ungkapkannya ada begitu banyak cerita yang ingin di baginya dan ada begitu banyak beban yang harus di topangnya, namun seolah bisu sehun tidak mampu membuka suaranya.

Lama keduanya diam dengan hanya saling memandang membiarkan segalanya hanya tertahan di sisi lain hati keduanya. Segala yang tidak bisa di ungkapkan sehun dan segala yang tidak bisa di tanyakan ae yeon.

“Ae-” sehun mencoba membuka suaranya, namun belum selesai namja itu melontarkan kalimatnya ae yeon lebih dahulu melangkah tenang melewatinya tanpa menghiraukan dirinya.

Sehun tertegun mendapati ae yeon yang sama sekali tidak memperdulikannya, namja itu berpikir mungkin gadis itu marah karena dirinya tidak memberi kabar sama sekali dalam beberapa hari belakangan.

Namun sesaat kemudian sebuah pemikiran kembali melintas di kepalanya. Sehun memalingkan kepalanya menatap punggung ae yeon yang semakin menjauh darinya “apa dia mengetahuinya ?” gumam sehun dengan raut dinginnya.

Sehun masih berdiri di tempatnya, wajah namja itu nampak gusar membayangkan segalanya akan bertambah rumit jika benar ae yeon mengetahuinya.

Berusa melupakan prasangkanya sehun menghela nafasnya pelan, kembali merajut langkahnya menuju ruang rawat rara. Keadaan gadis itu memang telah membaik terbukti dengan boleh di lepasnya selang oksigen untuk membantunya bernafas.

Sehun membuka pintu ruang rawat yang beberapa hari terakhir selalu di kunjunginya, namja itu melangkah pasti mendekati bangsal dimana rara tengah berbaring ditemani tiga orang lainnya yang berdiri di sisi kanan dan kiri rara. Sehun menghentikan langkahnya tepat di sisi kiri berdampingan dengan tuan dan nyonya kim melihat bagaimana dokter memeriksa rara di seberang mereka.

Pernyataan mengenai perkembangan rara yang semakin membaik dari sang dokter membuat tuan dan nyonya kim tersenyum lega. Tuan kim menyentuh pundak sehun menepuknya beberapa kali sebagai tanda terima kasih. Ya, tidak bisa di pungkiri membaiknya rara juga di karenakan akan hadirnya sehun di sisi gadis itu.

Setelah dokter meninggalkan ruangan. Rara segera mengalihkan tatapannya, memandang penuh senyum namja yang di rindukannya walaupun hanya beberapa jam sehun tidak ada dalam jangkauan penglihatannya.

Tuan kim yang mengerti akan gerak-gerik dari putri kesayangannya sembari tersenyum namja paruh baya tersebut merangkul pundak sang istri kemudian pamit untuk segera kembali ke kantor.

Selepas kepergian tuan dan nyonya kim, sehun bergerak mendekati rara duduk di kursi yang berada di sisi bangsal gadis tersebut.

“Bagaimana keadaanmu hari ini ?” Tanya sehun membuka suara.

“Seperti kata dokter aku merasa benar-benar baik sekarang” jawab rara dengan senyum bahagianya.

“Kau memakan makananmu dengan baik ?”

“Eum. Aku menghabiskannya”

“Benarkah ? Apa kau ingin makan buah ? Apel ?” Tawar sehun.

“Aniya. Tapi aku ingin jeruk. Apa kau mau membukanya untukku ?”

Sehun tersenyum, lengan namja itu terulur mengambil buah di di atas nakas sampingnya dan dengan terlatih namja itu mengupas dan membersihkan buah jeruk untuk kemudian menyerahkannya pada rara.

Rara menyambutnya dengan senyum berbinar, masih dengan senyumnya gadis itu memasukkan buah tersebut ke dalam mulutnya. Rara benar-benar bahagia, selalu di temani dan di turuti kemauannya oleh sehun bagai mimpi yang menjadi nyata bagi gadis tersebut.

“Sehun-ah” panggil rara pada sehun yang masih sibuk membuka kulit jeruk di tangannya.

“Hmmmm”

“A-pa ka-u bertemu dengan ae ye-on ?” tanya rara memberanikan diri.

Sehun terdiam. Namja itu menghentikan kegiatannya menatap jeruk yang masih berada di tangannya dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Apa kau bertemu dengannya ?”

“Bukankah dia bekerja di sini ?”

“Apa dia tahu aku sakit dan di rawat di sini ?”

“Sehun-ah” panggil rara mendapati sehun yang hanya diam menunduk di sisinya.

“Kau tidak bercerita padanya ?” Tanya rara lagi.

Sehun mendongak, dengan wajah kikuknya namja itu berusaha tersenyum.

“Bukankah sekarang waktunya kau minum obat dan istirahat” kata sehun tidak mengindahkan banyaknya pertanyaan rara.

“Tunggu sebentar aku akan memanggil suster” lanjut namja itu kemudian melangkah meninggalkan ruangan menyisakan rara yang terpaku memandang punggung sehun yang semakin menjauh dan hilang di balik pintu.

Rara tersenyum. Senyum yang tidak sama sekali mengambarkan sebuah kebahagiaan. Kenyataan akan sehun yang sama sekali tidak menggubris satupun pertanyaan mengenai ae yeon membuat gadis itu semakin yakin jika suaminya, namja yang telah mengambil banyak tempat di hatinya itu benar-benar mencintai orang lain. Sehun mungkin benar-benar tulus merawatnya, memenuhi segala keinginannya tapi gadis itu sadar jika hati sehun masih tidak bisa di milikinya. Namun, meskipun demikian rara harus puas karena sedikit banyak dirinya bisa menghabiskan beberapa waktu bersama sehun.

.

.

.

Cermin besar kamar mandi rumah sakit menjadi saksi akan kepedihan seorang gadis yang tengah menahan kecewanya. Ae yeon tengah berdiri menunduk di depan wastafel sejak beberapa menit yang lalu.

Bertemu dengan sehun dan melihat iris tajam cokelatnya secara langsung memberi hantaman kuat pada luka ae yeon yang masih menganga. Gadis itu tahu betul jika setiap harinya namja yang seolah menarik diri menjauhinya tersebut selalu menginjakkan kakinya di tempat yang sama dengannya. Ae yeon bahkan selalu tergerak untuk berdiri di balik pintu ruangan tersebut, melihat langsung bagaimana sehun merawat dan memperlakukan rara dengan tulus meski hal itu lagi-lagi memperdalam lukanya.

Ae yeon mendongak. Menatap pantulan dirinya pada kaca besar di depannya. Gadis itu mengambil nafas dalam kemudian membuangnya kasar yang seolah mampu memberi kelapangan pada dadanya yang terasa sesak. Ae yeon beranjak dari tempatnya melangkah dengan pasti meninggalkan rumah sakit.

Ae yeon hanya diam dengan tatapan lurus ke depan di dalam taxi yang di tumpanginya, pikirannya melayang entah kemana yang jelas saat ini gadis itu memerlukan seseorang untuk melepas segala yang mencekiknya.

Tidak membutuhkan waktu lama ae yeon telah tiba di tempat dimana seseorang yang selalu ada untuknya sejak dirinya menghirup oksigen pertamanya di dunia, seseorang yang selalu berhasil menenangkannya, seseorang yang selalu menjadi rumah dan tempat tujuannya.

Ae yeon mengayunkan langkahnya memasuki rumah sakit Yangji tanpa melepas jubah dokter dengan lambang rumah sakit yang berbeda di tubuhnya. Ae yeon mengetuk pintu ruangan yang berwarna putih khas rumah sakit tersebut dan tanpa menunggu jawaban dari sang pemilik ruangan gadis itu tanpa rasa sabar membuka pintu tersebut keras.

Ae yeon masuk dengan langkah pelan yang di sambut oleh pemilik ruangan dengan raut terkejut dan bingung.

“Ae yeon-ah” panggil orang itu pelan menyadari jika tamunya yang datang tiba-tiba tidak sedang dalam keadaan baik.

“Op-ppa” suara ae yeon sembari melangkah cepat dan mengambur di pelukan chanyeol.

“Ae yeon-ah ada ap-” chanyeol tidak menyelesaikan perkataanya mendapati pecahnya tangis sang adik di pelukannya.

Chanyeol membalas pelukan ae yeon, memberi sebuah perasaan nyaman yang selalu dirinya berikan. Lengan namja itu menepuk-nepuk pelan punggung ae yeon membiarkan ae yeon menumpahkan segalanya dan berusaha menenangkan sang gadis.

“Aku salah karena telah egois” suara ae yeon lolos untuk pertama kalinya di sela tangisnya.

Chanyeol tetap diam, lengannya kini bergerak meraih surai ae yeon membenarkan letaknya yang sedikit berantakan.

“Aku jahat karena berusaha merebut kebahagiaan orang lain” lanjut ae yeon masih di pelukan chanyeol.

“Aku akan merelakannya kembali. Oppa kali ini aku benar bukan ? Aku mengambil keputusan yang tepatkan ?” Tanya ae yeon mendongak.

“Hmmmm. Kau benar” jawab chanyeol dengan senyum yang menenangkan.

Ae yeon ikut tersenyum kemudian kembali meletakkan kepalanya pada pundak ternyaman yang selalu menjadi sandarannya.

Chanyeol menilik wajah sang adik dalam dekapanya, memberi kehangatan yang selama ini selalu di curahkannya. Kedua bola mata chanyeol menatap kosong pada obyek di depannya, dalam diam dan dalam usaha meringankan beban sang adik di sisi tubuhnya lengan lain namja itu menggenggam kuat penuh amarah.

.

.

.

Sehun berdiri di sisi jendela tidak jauh dari bangsal tempat rara berbaring. Seorang perawat tengah memberikan suntikan pada selang infus yang mengalir pada lengan sang gadis.

Setelah perawat itu selesai melakukan tugasnya dan keluar dengan menutup kembali pintu ruangan tersebut, sehun beranjak mendekat menaikkan selimut di bawah kaki rara hingga batas perutnya.

“Istirahatlah” suara sehun yang terdengar begitu teduh di telinga rara membuat sang gadis mengangguk dengan senyumnya dan detik selanjutnya menutup kedua matanya yang telah memberat karena pengaruh obat yang di berikan.

Setelah memastikan rara telah terlelap, sehun beranjak keluar menutup pintu rapat kemudian bersandar dengan raut gelisahnya.

Selepas namja itu mendapati deretan pertanyaan dari rara dan ingatan akan ae yeon yang tidak memperdulikan kehadirannya pada pertemuan mereka siang ini membuat sehun tersadar akan berapa lama dirinya tidak menghubungi ae yeon. Gadis itu pasti marah dan mengkhawatirkannya.

Sehun mengambil benda tipis di dalam saku celananya, menekan-nekan benda tersebut beberapa kali kemudian meletakkannya di satu sisi telinganya. Sehun berusaha menghubungi ae yeon, ingin meminta maaf akan hilangnya dirinya beberapa waktu belakangan.

Beberapa kali sehun menghubungi kontak milik ae yeon namun tidak juga di indahkan oleh sang empunya, sehun yang bingung dan di landa rasa bersalah segera mangambil langkah menuju tempat yang dimana ae yeon pasti berada di sana.

Sehun menghentikan langkahnya ketika memasuki area perawatan anak, namun nihil namja itu tidak menemukan ae yeon bahkan setelah bertanya pada rekan ae yeon yang tengah berjaga, ya. Jimin juga tidak mengetahui kemana ae yeon pergi.

Kembali sehun mengambil langkah lebarnya mengengelilingi segala penjuru rumah sakit yang mungkin baginya menemukan sosok sang gadis namun hingga nafasnya terengah-engah sosok itu tidak juga di lihatnya.

.

.

.

“Apa kau sudah merasa tenang ?” Tanya chanyeol meletakkan gelas coffe miliknya di atas meja kerjanya.

“Emmm” sahut ae yeon masih menggenggam gelas miliknya.

“Gomawo oppa” lanjut gadis tersebut menatap chanyeol tulus.

Chanyeol tersenyum “Kau ingin pulang ke rumah ?” Tanyanya kemudian.

“Tidak. Aku akan kembali ke rumah sakit” jawab ae yeon meletakkan gelasnya.

“Biar aku mengantarmu”

“Tidak perlu oppa, mere-“

“Heumm, tidak ada penolakan untuk kali ini” potong chanyeol menggeleng jenaka membuat senyum itu kembali terukir di wajah sembab ae yeon.

Chanyeol ikut turun dari mobilnya ketika ae yeon turun dan masuk ke dalam rumah sakit dimana adiknya menyelesaikan residennya.
Namja itu tersenyum saat ae yeon melambaikan lengannya antusias dengan wajah yang kembali ceria seperti adiknya yang dikenalnya selama ini.

Namja jangkung itu masih berdiri di depan mobilnya bahkan ketika ae yeon tidak lagi di lihatnya. Chanyeol menghela nafasnya sesaat kemudian berbalik kembali masuk ke dalam mobilnya. Namun, baru dua langkah kaki panjangnya mengayun sebuah suara menginterupsinya.

“Hyung!”

“Chanyeol hyung” suara orang itu membuat chenyeol kembali membalikkan tubuhnya.

Sehun yang sedari tadi berjalan mengelilingi rumah sakit tanpa sengaja melihat sosok yang di kenalinya, dengan tanpa pikir panjang namja itu memanggil chanyeol yang tadi di lihatnya dan berjalan mendekatinya.

“Hyung, apa kau se-“

BUKK!!

Sebuah pukulan keras mendarat di wajah mulus sehun membuat namja itu terhuyung dan jatuh tersengkur di atas lantai area parkir.

Sehun menatap bingung pada chanyeol yang berdiri di depannya masih dengan lengan yang menggenggam erat. Namja itu membalas tatapan sehun dengan mata yang memerah penuh amarah.

“Aku sudah memperingatkanmu untuk tidak membuat adikku menangis. Jauhi adikku. Kau benar-benar lelaki keparat!” Suara chanyeol penuh penekanan dan meninggi di akhir kalimatnya.

Chanyeol segera beranjak dari tempatnya masuk ke dalam mobil menutup pintu itu keras dan melajukannya dengan kecepatan tinggi meninggalkan sehun yang masih terpaku di tempatnya dengan sudut bibir yang mengalirkan darah mencerna apa yang sebenarnya telah terjadi di balik perkataan dan perlakuan chanyeol padanya.

TBC

Fiuhhh (seka keringat dan rentangkan jari jemari).

Okayy SH ada lagi. Kali ini mungkin lebih gak nyambung dan lempeng banget ceritanya.

Jujur sebenarnya SH belum ada di daftar publish minggu-minggu ini tapi berhubung hari ini si cast utama ulang tahun (yeyyyy) #HappySehunDay jadi deh chapter ini di bikin ngebut sengebut ngebutnya. Harap di mengerti ya jika ketikan dan ceritanya kacau balau.

Terakhir semoga tetap ada yang suka. Terima kasih.

bebebaek_ (^^)

10 thoughts on “Shouldn’t Have #11

  1. Pingback: Shouldn’t Have #12END | BABY BEE

Leave a comment