Shouldn’t Have #6

image

By bebebaek_

Prolog | chapter 1 | chapter 2 | chapter 3 | chapter 4 | chapter 5 |

Main cast : Park Ae Yeon (oc), Oh Se Hun (EXO).

Addicional Cast : Park Chan Yeol (EXO), Nam Hye Jin (oc), Kim Ra Ra (oc), Byun Baekhyun (EXO), Song Ji Min (oc), Kim Jong Dae (EXO).

Genre : family, marriage life, sad, romance.

Length : Chaptered | Rating : PG 15

Hasil khayalan murni, don’t plagiat.

Sorry Typo-.-

.

.

.

“Apa kau masih ditempat itu ?” Tanya tuan kim berbicara dengan seseorang diseberang teleponnya.

“Bagaimana keadaanmu ?” Lanjut tuan kim.

“Ahh syukurlah, kau harus segera kembali ke sini Ra Ra-ya, pernikahanmu akan segera dilaksanakan” Tuan kim masih berbicara dengan putrinya melamui telepon.

“Ahh tentang itu nanti apa jelaskan. Baiklah appa tutup ne” kata tuan kim kemudian memutus sambungan teleponnya bersama Ra Ra.

Ya beberapa bulan belakangan Ra Ra memang sedang berada di luar negeri tepatnya jepang untuk melakukan suatu rutinitasnya.

Dan kini tuan kim tiba-tiba menghubungi Ra Ra agar segera kembali untuk melaksanakan pernikahannya bersama Sehun.

Semuanya memang telah direncanakan tuan kim dengan sempurna tanpa celah sedikitpun. Hanya saja ada satu hal yang dikhawatirkan tuan kim saat ini. Ya suatu hal yang benar-benar tuan kim harapkan akan baik-baik saja.

.

.

.

Setelah kejadian beberapa waktu yang lalu dipernikahan chanyeol dan hyejin dalam beberapa hari belakangan sehun memang tidak lagi berani menghunungi ae yeon.

Bukan karena apa-apa, sehun sebenarnya sangat ingin menghubungi gadis itu bahkan sangat ingin untuk bisa bertemu dengannya.

Sehun sudah mencobanya, ya mengirim sebuah pesan kepada ae yeon. Sehun benar-benar tidak bisa menahannya, sehun merasa ada sesuatu yang hampa di dadanya ya perasaan yang seperti kosong. Sehun memang baru saja mengenal gadis itu tapi mengapa tidak melewati hari bersamanya membuat sehun benar-benar merasa kehilangan.

Tidak mendapat respon dari ae yeon membuat perasaan sehun semakin tidak menentu. Sehun benar-benar sadar kali ini, sehun merindukannya. Merindukan sosok yang ceria itu ya sehun yakin saat ini dia telah menyukai, tidak. Dia telah jatuh hati kepada ae yeon.

Sekali lagi sehun mencoba menghubungi ae yeon dengan menelpon gadis itu, beberapa kali sehun mencoba namun tetap tidak ada respon, ae yeon benar-benar tidak mengangkat telpon darinya. Sebegitu tersakitinya kah gadis itu oleh sehun ? Ya sehun tahu siapapun pasti akan kecewa, marah bahkan benci jika di bohongi seperti itu tapi ini bukan sepenuhnya salah sehun. Sehun benar-benar tidak tahu tentang pernikahan. Dan ahh tentang pertunangan ya sehun mengakui itu salahnya. Salahnya yang melupakan hal itu karena terlalu senang bersama ae yeon.

Sehun hanya bisa mengawasi ae yeon dari kejauhan untuk sekedar melihatnya dan mengetahui bagaimana keadaannya. Sehun kali ini telah benar-benar kehilangan nyalinya. Yah mendapati ae yeon yang biasanya ceria dan selalu tersenyum kini datang dan pergi dari rumah sakit dengan wajah muram.

Ae yeon benar-benar terpuruk. Seseorang yang membuatnya lupa dengan perjodohan dari kakek park nyatanya adalah sehun. Seseorang yang tidak ingin dia kenal dan seseorang yang ingin dia raih nyatanya adalah orang yang sama.

Seharusnya ae yeon bahagia. Perjodohan itu telah dibatalkan sesuai dengan harapannya tapi mengapa begitu sakit setelah mengetahui orang itu adalah sehun dan menjadi lebih sakit karena alasan lain bahwa sehun telah memiliki calon istri.

Ae yeon benar-benar merasa bodoh. Mengapa dia bisa percaya dan begitu mudah menyalah artikan perlakuan sehun selama ini. Yah ae yeon bertekad akan melupakan sehun semampunya dan tidak lagi ingin tahu bagaimana namja itu.

Tapi sekeras apapun usaha ae yeon mengabaikan pesan dan telepon dari sehun nyatanya dia benar-benar ingin menjawabnya. Mati-matian ae yeon melawan keinginanya hingga yang bisa dia lakukan hanyalah menangis.

.

.

.

Sama seperti hari-hari biasanya kini mobil sehun telah terparkir di seberang rumah sakit menanti seseorang akan datang dan masuk ke sana. Hanya dengan begini sehun dapat melihat ae yeon mengurangi sedikit rasa rindunya.

Tidak lama ae yeon mun muncul. Berjalan dengan menundukkan kepalanya masih dengan wajah muram dan tidak ada senyuman disana.

Merasa ingin melihat gadis itu lebih jelas, sehun keluar dari mobilnya dan berdiri disamping mobilnya menatap gadis itu dari kejauhan hingga menghilang dibalik pintu masuk rumah sakit.

Sehun masih berdiri ditempatnya, matanya tetap memandang kearah dimana dia meliat ae yeon sebelumnya dan tanpa sehun sadari seseorang tengah memperhatikannya lama bahkan sejak ae yeon berjalan menuju pintu rumah sakit.

.

.

.

Pagi ini ae yeon melakukan visit dokter bersama sang sahabat Ji Min, setelah selesai memeriksa pasien dari ruang ke ruang keduanya akhirnya berjalan bersama menuju ruang jaga.

Ae yeon duduk dikursinya meletakkan beberapa dokumen pasien begitu juga dengan Ji Min di sebelahnya.

Ji Min terus memperhatikan ae yeon, berusaha mencari sesuatu yang berbeda dari sahabatnya itu namun salahkan Ji Min yang sama sekali tidak bisa menebaknya hingga dia merasa begitu penasaran dan akhirnya bersuara.

“Ae yeon-ah tadi pagi aku melihat sehun di depan” kata Ji Min

Mendengar nama yang beberapa hari belakangan tidak pernah dia sebut kembali di sebut membuat ae yeon terkejut.

“Eoh ?”

“Hmmm” Ji Min mengangguk “awalnya aku mengira dia mengantarkanmu tapi setelahku lihat bagaimana cara dia memandangmu kelihatannya tidak. Apa kalian mempunyai masalah ?”

Mendengar penuturan dari Ji Min, ae yeon hanya diam dan berkata di dalam hati “mengapa kau tidak menemuiku ?”

“Ae yeon-ah” panggil ji min karena sahabatnya itu tidak menjawabnya.

“Beberapa hari ini dia juga tidak pernah kesini lagi ?”

Ae yeon masih terdiam

“Bukankah kalian dekat ?” Ji min masih tidak menyerah.

“Yak, park ae yeon mengapa kau tidak menjawabku ?” Kesal ji min.

Ae yeon menghela nafasnya berat kemudian memandang ji min di sampingnya dan berkata.

“Sudahlah ji min-ah, dia sama saja dengan jongdae” kata ae yeon akhirnya.

“Yak, mengapa kau menyebut lelaki brengs….” kalimat ji min menggantung karena tersadar akan sesuatu “Tunggu, apa sehun juga berselingkuh ? Ah ani memiliki calon istri tepatnya” tanya ji min kemudian.

Ae yeon hanya diam menundukkan pandangannya lalu mengangguk.

Ji min membuka mulutnya lebar seolah tidak percaya jika hal yang sama terjadi pada sahabatnya.

“Yak… mereka sama saja. Sudahlah ae yeon-ah jangan bersedih. Namja seperti mereka tidak pantas ditangisi” kata ji min menguatkan lalu dia berdiri berjalan kearah ae yeon dan memeluk sahabatnya itu.

.

.

.

Sehun berdiri di dekat salah satu pintu kedatangan incheon international airport sejak beberapa menit yang lalu menunggu pesawat yang membawa Ra Ra tiba dari jepang.

Kalau saja kedua orang tuanya tidak memaksanya dan kalau saja tuan kim tidak menelponnya langsung sehun mungkin tidak akan berada di sini sekarang berdiri menunggu Ra Ra keluar dari pintu kedatangan.

Akhirnya setelah hampir satu jam sehun menunggu, Ra Ra muncul dari pintu kedatangan melambaikan sebelah tangannya kearah sehun dan tersenyum hangat.

Ra Ra terus melangkah kearah sehun dan berhenti tepat di depan namja itu lalu memeluknya sebentar dengan senyum yang masih mengambang.

Sehun hanya diam tidak membalas maupun menolak pelukan dari Ra Ra bahkan raut wajah sehun terlihat datar tanpa ekspresi.

“Yak, tidak bisa kah kau berpura-pura merindukanku” kata Ra Ra setelah melepas pelukan solonya.

Sehun hanya menatap dingin kearah Ra Ra tanpa menjawab perkataan Ra Ra.

Mendapati sehun yang masih saja kaku terhadapnya Ra Ra memautkan bibirnya “Ishhhh, pernikahan kita sebentar lagi dan kau masih saja dingin tuan balok ?” Ra Ra kembali bersuara.

Baru saja sehun akan menjawab perkataannya Ra Ra terlebih dahulu menyela “Ahhh aku hanya bercanda.. hahaha” tawa Ra Ra “Kau begitu serius sejak kedatanganku, bahkan lambaian tanganku tidak kau balas” Ra Ra kembali memautkan bibirnya.

“Ahhh apa kau merasa gugup bertemu denganku lagi ?” Lanjut Ra Ra masih dengan tawa ringannya.

Kali ini sehun membalasnya. Yah sehun tersenyum tipis mendapati berbagai pertanyaan dari Ra Ra. Namun jauh di dalam hatinya sehun masih begitu merindukan ae yeon. Yah seharusnya dia dapat melihat senyum manis ae yeon seperti Ra Ra tersenyum padanya.

Sehun kembali menyadarkan diri dari berbagai pemikirannya dan kemudian mengajak Ra Ra untuk segera beranjak dari airport.

“Kajja, aku akan mengantarkanmu pulang” kata sehun.

“Eoh. Pulang ? Bukankah kita akan melakukan fitting baju ?” Tanya Ra Ra.

Sehun mengerutkan alisnya tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Ra Ra.

“Ini aboenim baru saja mengirimkan alamat butiknya” kata Ra Ra lagi.

“Tapi apa kau tidak ingin beristirahat terlebih dahulu?” Tanya sehun mengingat Ra Ra baru saja tiba.

“Emmm” Ra Ra menggelengkan kepalanya. “Aku sudah sangat ingin melihat gaun-gaun itu” lanjut Ra Ra dengan senyumnya.

Akhirnya sehun hanya bisa mengikuti keinginan Ra Ra dan berkata. “Baiklah, ayo kita berangkat”

“Kajja!” Kata Ra Ra lalu mengamit lengan sehun dan berjalan berdampingan. Sama seperti sebelumnya sehun tidak menolak perlakuan dari Ra Ra kepadanya.

.

.

.

Sepanjang perjalanan menuju alamat butik yang dimaksud sehun hanya fokus pada setirnya dan sama sekali tidak berbicara sepatah katapun.

Merasa sehun sama sekali tidak mengajaknya berbicara, Ra Ra melirik namja itu dengan ekor matanya meneliti setiap lekuk sempurna wajah namja di sempingnya. “Sehun-ah, kurasa kau semakin dingin. Apa nantinya aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku ? Karena jujur aku telah jatuh hati padamu sejak pertemuan pertama kita” Ra Ra bergumam di dalam hati.

Setibanya di butik tersebut beberapa pegawai butik telah menunggu kedatang sehun dan Ra Ra, mempersilahkan keduanya masuk dan duduk kemudian memperlihatkan tiga pilihan gaun untuk Ra Ra.

Mata Ra Ra begitu berbinar melihat gaun-gaun itu, sepertinya tuan kim benar-benar mengetahui apa yang disukai oleh putrinya.

“Nona anda boleh mencobanya sekarang” kata salah satu dari pegawai butik tersebut.

“Benarkah. Emmm baiklah” Ra Ra kemudian berdiri dan berjalan menuju salah satu gaun.

“Sehun-ah bagaimana menurutmu yang ini ?” Tanya Ra Ra.

“Hmmm bagus” jawab sehun lemah.

“Baiklah aku akan mencoba yang ini” Ra Ra kemudian berjalan menuju tirai yang ditutup oleh dua pengawai butik setelahnya.

Tidak berapa lama kemudian tirai kembali dibuka dan menampilkan Ra Ra yang kini telah mengenakan gaun yang dipilihnya sebelumnya.

Dengan gaun panjang hingga menutup mata kaki dan membiarkan punggungnya terbuka Ra Ra benar-benar terlihat anggun.

Sehun terus saja menatap Ra Ra sejak tirai di buka, matanya bahkan menatap tanpa berkedip dan akhirnya sebuah gumaman lolos dari bibirnya “ae yeon-ah”. Entahlah saat ini sehun melihat wajah Ra Ra berubah menjadi wajah ae yeon dan tersenyum manis padanya.

“Kau bilang apa sehun-ah ?” Tanya Ra Ra yang tidak dapat mendengar gumaman sehun.

“Tidak” jawab sehun cepat setelah tersadar.

“Bagaimana menurutmu sehun ?” Tanya Ra Ra lagi.

“Bagus”

“Yak, kau bahkan tidak memujiku” cibir Ra Ra dengan ekspresi kesal. Namun sehun hanya diam tidak memberi respon apapun.

“Sehun-ah, kau tidak mencoba tuksedomu ?”

“Tidak, aku sudah melihatnya dan kurasa pas”

“Yak, paling tidak kau harus mencobanya. Aku mau melihatmu mengenakannya”

“Lain kali saja” jawab sehun acuh.

Sadar usahanya sia-sia, Ra Ra akhirnya berhenti membujuk sehun dan kembali ke dalam tirai untuk mengganti gaunnya dengan pakaian semula.

Setelah keluar dari tirai tersebut, Ra Ra mendekat kearah sehun dan berdiri dihadapannya.

“Kau sudah selesai”

“Hmmm” Ra Ra mengangguk.

“Baiklah aku akan mengantarkanmu” kata sehun kemudian beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju mobi.

Ra Ra hanya menurut, sebenarnya dia tidak ingin cepat-cepat pulang, dia masih ingin berjalan-jalan dengan sehun. Hanya saja mendapati sehun yang benar-benar dingin padanya membuat Ra Ra mengurungkan niatnya.

.

.

.

Malam ini seluruh keluarga park berkumpul untuk makan malam di kediaman tuan park. Chanyeol dan hyejin pun telah ikut bergabung setelah tiba beberapa saat lalu.

Kini tuan dan nyonya park, chanyeol, hyejin dan ae yeon telah berkumpul di meja makan. Setelah makan malam selesai tuan park membuka suaranya pelan.

“Ehemmm, besok kita mendapat undangan dari keluarga oh. Besok..”tuan park melirik ae yeon sebentar lalu kembali berkata “pernikahan sehun akan dilaksanakan”.

Nyonya park kembali melirik kepada ae yeon yah tuan dan nyonya park memang telah mengetahui semuanya dari chanyeol. Tuan park merasa begitu bersalah kepada ae yeon namun mereka tidak bisa melakukan apapun.

Ae yeon tetap diam tanpa sepatah katapun. Matanya lurus menatap meja di depannya bahkan saat mendengar besok adalah hari pernikahan sehunpun ae yeon tetap tidak bergeming.

Setelah beberapa saat ae yeon bangkit dari duduknya dengan tatapan kosong dan wajah yang begitu suram ae yeon melangkah menuju kamarnya.

Selepas kepergian ae yeon ke kamarnya nyonya park, hyejin dan chanyeol hanya bisa menatap punggung ae yeon. Tuan park menghela nafas berat dan nyonya park akhirnya bangkit dari duduknya berniat akan menyusul ae yeon ke kamarnya.

Baru saja nyonya park akan melangkah suara chanyeol terlebih dahulu menginterupsinya.

“Biar aku saja eomma” kata chanyeol kemudian bangkit dan berjalan menuju kamar ae yeon.

Chanyeol melangkah meninggalkan ruang makan sedangkan nyonya park masih berdiri menatap chanyeol yang kini telah menaiki anak tangga rumah mereka.

Chanyeol tiba di depan pintu kamar ae yeon dan dengan pelan mengetuk pintu tersebut.

“Ae yeon-ah” panggil chanyeol.

Tidak ada jawaban dari ae yeon membuat chanyeol akhirnya menggenggam kenop pintu kamar ae yeon dan perlahan membukanya.

Chanyeol masuk dengan perlahan dan mendapati ae yeon tengah duduk dilantai kamar dan bersandar pada tempat tidur, kepalanya dia benamkan pada tangannya yang bertumpu dengan lututnya.

Chanyeol memposisikan diri duduk di sebelah ae yeon dan kembali memanggilnya.
“Ae yeon-ah”

kembali ae yeon tidak merespon panggilan dari chanyeol.

“Ae yeon-ah, gwenchana?” Tanya chanyeol lagi.

Kali ini ae yeon mendongak wajahnya telah benar-benar basah karena air matanya.

“Ya, mengapa kau menangis ?”

“Oppa, aku tidak baik” kata ae yeon setelahnya.

“Emmm oppa tau ae yeon-ah, pasti berat untukmu” kata chanyeol lalu merengkuh tubuh dongsaengnya kedalam pelukannya.

“Terasa sakit disini oppa” ae yeon berkata disela pelukannya dengan memegang dadanya.

Chanyeol memeluk tubuh ae yeon lebih erat berusaha menenangkan dongsaengnya.

“Aku benar-benar bodoh oppa, aku terlalu terbawa dan menyalah artikan semua perlakuannya”

“Aku tidak tahu mengapa aku seperti ini, bukankah aku yang tidak menginginkan perjodohan itu. Semua salahku oppa”

Chanyeol melepas pelukannya lalu tangannya memegang kedua bahu dongsaengnya, menatap ae yeon tepat dimata merahnya karena tangisnya.

“Yak, ini bukan salahmu. Bukan salah eomma dan appa dan juga bukan salah keluarga oh. Mereka semua tidak mengetahui bahwa kalian telah saling menganal. Bahkan kalian sendiri mengenal satu sama lain bukan karena perjodohan itu. Jd berhenti menyalahkan dirimu ae yeon-ah”

“Dan tentang sehun yang memberikan perhatian kepadamu sedangkan dia telah memiliki calon istri, oppa yakin sehun memiliki alasannya sendiri” lanjut chanyeol.

Ae yeon memandang ke arah chanyeol, tangisnya sudah mulai reda.

“Eoh, apa oppa perlu mencarinya dan memukul wajahnya” kata chanyeol kemudian tersenyum.

Ae yeon kembali memeluk chanyeol
“Oppa aku tidak ingin pergi kesana”

“Hmmm”chanyeol mengangguk “kami tidak akan memaksamu, tapi kau harus berjanji akan beristirahat dan tidak akan seperti ini lagi” lanjut chanyeol.

“Ne oppa, tapi oppa harus menemaniku melewatinya eoh ? Oppa harus membantuku”

“Tentu saja”

Ae yeon tersenyum kemudian melepas pelukannya pada chanyeol.

“Sekarang kau tidurlah” kata chanyeol menuntun ae yeon untuk berdiri, merebahkan tubuh dongsaengnya di tempat tidur dan menarik selimut hingga batas dada ae yeon.

“Tidurlah, oppa akan keluar dan mematikan lampu kamarmu”

“Hmmm” ae yeon hanya bergumam dan setibanya di depan pintu kamar ae yeon chanyeol mematika lampu kamar tersebut kemudian beranjak keluar. Saat chanyeol akan menutup pintu kamar tersebut ae yeon kembali memanggilnya.

“Oppa” chanyeol berpaling kembali menatap ae yeon.

“Gomawo” kata ae yeon kembali dan dibalas chanyeol dengan senyuman kemudian menutup pintu dan beranjak dari sana.

.

.

.

Hari pernikahan sehun dan Ra Ra telah tiba. Namun, dihari  bahagianya wajah sehun sama sekali tidak menampakkan kebahagian.

Sesekali sehun selalu menatap kearah pintu masuk berharap seseorang yang sangat dia rindukan akan datang. Sehun tahu itu mustahil gadis itu tidak mungkin datang karena jikapun dia datang maka itu akan semakin menyakitinya.

Harapan sehun kali ini benar-benar tidak terwujud pasalnya sekarang sehun melihat tuan dan nyonya park telah memasuki tempat pernikahannya hanya dengan chanyeol dan hyejin tanpa seseorang yang benar-benar dia rindukan.

Sehun terus memandang kosong kearah pintu masuk, dia akhirnya tersadar setelah mendengar MC acara pernikahnnya bersuara.

“Cha, baiklah mari kita mulai acara inti dihari bahagia ini, mempelai wanita silahkan memasuki altar”

Ra Ra berjalan dengan anggun dituntun tuan kim hingga tiba di depan sehun. Ra Ra benar-benar terlihat cantik dengan gaun yang telah dicobanya tempo hari. Dan sehun terlihat tampan dengan tuksedo hitamnya lengkap dengan dasi senada.

Keduanya telah mengucapkan janji sebagai suami istri dan seluruh undangan tentu menantikan acara setelah ini.

Sorak sorai para undangan memenuhi ruangan tersebut setelah melihat Ra Ra mencium bibir sehun. Sehub tidak menolak dan bahkan memegang pinggul Ra Ra, hanya saja sehun tetap dingin dan jauh di dalam hatinya sehun berkata “maafkan aku ae yeon-ah”

TBC

4 thoughts on “Shouldn’t Have #6

Leave a reply to Elsa .R. Cancel reply