Shouldn’t Have #3

1428649648014

By bebebaek_

Prolog | chapter 1 | chapter 2

Main cast : Park Ae Yeon (oc), Oh Se Hun (EXO)

Addicional Cast : Park Chan Yeol (EXO), Nam Hye Jin (oc),

Kim Ra Ra (oc), Byun Baekhyun (EXO), Song Ji Min (oc)

Kim Jong Dae (EXO)

Genre : family, marriage life, sad, romance

Length : Chaptered | Rating : PG 15

Hasil khayalan murni, Don’t plagiat

Sorry Typo-.-

.

.

.

Beberapa hari terakhir Ae yeon nampak selalu murung, tidak seperti biasanya dia ceria, bawel dan berisik. Bahkan saat bersama anak-anak yang dirawatnyapun muka suram Ae yeon tidak dapat disembunyikan. Ya, Ae yeon memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya.

“Ae yeona, waeyo ? kau seperti mempunyai beban ? apa ada masalah ?” Tanya jimin kepada Ae yeon karena sudah kelewat penasaran melihat sahabatnya ini beberapa hari terakhir nampak tidak memiliki semangat.

“Hhmm ? Ae yeonaa jawab. Apakah professor memarahimu lagi ?” Tanya jimin kembali karena tak kunjung mendapat jawaban dari Ae yeon.

“Ani, jimina. Ini lebih mengerikan dari sekedar dimarahi professor, jika disuruh memilih lebih baik aku dimarahi professor setiap hari ketimbang menerima takdir ini” jawab Ae yeon hiperbola dengan suara lemah seakan dia baru saja mendapat musibah.

“Wae Ae yeona, takdir apa ? seburuk apa sampai-sampai kau lebih memilih dimarahi professor yang menurutku sangat, sangat dan sangat akurat membuat telinga memerah dan berdengung” kembali jimin bertanya.

“Kau tidak akan mengerti dan kau pasti akan menertawakanku” kata Ae yeon lemah.

“Ahhh kau, jangan membuatku penasaran, cepat ceritakan barang kali aku bisa membantumu mencari jalan keluar” lagi jimin memaksa Ae yeon untuk bercerita.

“Baiklah aku akan bercerita tapi tidak disini traktir aku dikantin” kata Ae yeon sekenanya.

“ckckc, dasar disaat tertimpa masalah pun kau masih ingat dengan perut dan meminta gratisan” kata jimin mencibir.

Ae yeon hanya berlalu mendahului jimin menuju kekantin, setibanya dikantin rumah sakit mereka menempati kursi yang biasa mereka tempati.

“Jadi apa masalahmu ? sampai-sampai kau menjadi seperti ini ?” Tanya jimin untuk kesekian kalinya.

“Tunggu lah dulu sampai perutku terisi dan bertenaga untuk bercerita, karena masalah ini sangat berat untukku jiminna” kembali Ae yeon berkata hiperbola.

Jimin dengan sabar menunggu sahabatnya itu mengisi perutnya untuk bercerita, sampai ketika Ae yeon selesai melakukan kegiatan mengisi perutnya dan mulai bercerita.

.

.

.

“Apa ? Dijodohkan, hahaha Ae yeona, ini zaman apa ?” kata jimin sambil memegang perutnya karena sakit menahan tawanya yang terpingkal-pingkal.

“Yak yak ! tertawa saja sepuasmu, apa ku bilang kau pasti akan tertawa eoh.” kata Ae yeon kesal dengan respon dari sahabatnya sambil memasukkan berapa potong kimbab kedalam mulut jimin agar dia berhenti tertawa.

“Yak!, berhenti memasukkan kimbab kedalam mulutku, mulut bisa sobek karenanya” gentian jimin yang bersuara kesal. Yang hanya ditanggapi dengan dengusan dari Ae yeon.

“Mian, mian. Jadi apakah kau sudah bertemu dengan calon jodohmu itu?” Tanya jimin kembali sambil menelan sisa-sisa kimbab dan menetralkan suaranya yang masih ingin tertawa.

“Ani, jangankan bertemu namanya saja aku tidak tahu” kata Ae yeon cuek.

“Yak ! kau bersikap seolah-olah korea selatan kembali berperang tetapi kau sendiri belum melihat bahkan mengetahui namanya, babo-ya” cecar jimin gemas dengan kelakuan Ae yeon.

“Hanya saja aku tidak mau jimina, mengapa kakek ku harus memberikan wasiat seperti ini ? mengapa tidak harta kekayaan atau yang lainnya” lagi kata Ae yeon sekenanya mungkin karena kelewat putus asa.

“Mungkin saja kakekmu menjodohkanmu dengannya karena dia kaya raya atau dia tampan atau keduanya” kata jimin antusias “kau lihat saja dulu dia barang kali kau akan jatuh cinta setelah bertemu dengannya” kembali jimin memberikan pendapatnya.

“Kau sama sekali tidak membantu memberikan jalan keluar jiminna” kata Ae yeon lemas dan beranjak dari tempat duduknya.

“Yak, yak ! Ae yeona kau mau kemana” jimin berteriak kepada Ae yeon yang sama sekali tidak digubris oleh Ae yeon, dia hanya tetap berjalan dengan langkah gontai.

.

.

.

Ae yeon tidak turun dari kamarnya untuk makan malam bersama, khawatir akan kesehatan anak gadis semata wayangnya yang biasanya sangat antusias dengan kegiatan yang berbau makanan. Selain itu Ae yeon juga harus memenuhi energinya untuk bertugas dirumah sakit,karenanya eomma Ae yeon menyiapkan makanan di dalam nampan dan membawanya ke kamar Ae yeon.

“Ae yeona, apa kau sudah tidur ?” panggil eomma Ae yeon lembut di depan pintu kamar anak gadisnya itu.

“Nak, eomma membawakan makanan kesukaanmu, kau pasti belum makan ne ?” lagi eomma Ae yeon tidak putus asa membujuk Ae yeon untuk membuka pintu kamarnya.

SRETT~

Kamar Ae yeon terbuka yang menampilkan sesosok gadis dengan wajah muram bak awan mendung. Setelah membukaan pintu untuk eommanya, Ae yeon kembali beranjak menuju tempat tidurnya yang diikuti oleh eommanya dari belakang.

“Ini makanlah sayang, eomma sengaja memasakkannya untukmu” kata eomma Ae yeon sambil meletakkan nampan berisi makanan di meja dekat tempat tidur Ae yeon.

Ae yeon bangun dari posisi tengkurapnya dan mengambil nampan tersebut lalu meletakkannya di pangkuannya segera melahap makanan buatan eommanya yang merupakan makanan kesukaannya. Eomma Ae yeon hanya tersenyum, dia tahu betul anaknya tidak akan menolak apabila diberikan makanan apalagi jika itu makanan kesukaannya.

“kenapa kau berantakan seperti ini Ae yeona, kau nampak tidak terurus” eomma Ae yeon berbicara sambil mengusap lembut puncak kepala anaknya tapi yang diajak bicara hanya diam dan terus menyantap makan malamnya.

“Apa kau masih memikirkan masalah perjodohanmu eoh ?” lanjut eomma Ae yeon tidak putus asa.

“Eomma…” rengek Ae yeon lemah. Akhirnya dia membuka suara.

“Hmmm..” eomma Ae yeon hanya bergumam berharap Ae yeon mengeluarkan segala beban dan unek-unek yang ada dipikirannya.

“Apakah tidak bisa dibatalkan eomma ? aku tidak mau menikah dengan orang yang sama sekali tidak aku kenal” kata Ae yeon kepada eommanya berharap eommanya akan memberi jawaban yang bisa meringankan atau bahkan menghilangkan bebannya.

“Kau hanya belum mengenalnya Ae yeona, kenapa tidak kau coba berkenalan dulu” bujuk eomma Ae yeon.

“Berkenalan ? sekarang ? sudah sangat terlambat eomma. Lagi pula ini sudah zaman modern eomma mengapa aku harus dijodohkan, aku ingin memperoleh pasanganku sendiri, pasangan yang aku suka dan aku cintai dan pastinya yang sudah sangat aku kenal seperti oppa dengan hye jin eonni” protes Ae yeon.

“Ae yeona, eomma tidak bisa berbuat apa-apa untukmu, kau tau eomma dan appa sangat menyayangimu tapi ini adalah wasiat dari kakekmu yang sama sekali eomma bahkan appa tidak bisa melanggarnya. Jadi nak eomma harap kau bisa berpikir lebih dewasa lagi dan eomma sangat mengharapkan kau bisa membuat eomma dan appa bangga padamu seperti biasanya” bujuk eomma Ae yeon yang sudah kehabisan kata-kata untuk membujuk anaknya yang memang sangat keras kepala ini.

keundae eomma bagaimana jika setelah bertemu aku tidak menyukainya atau bahkan dia yang tidak menyukaiku” lagi Ae yeon tidak putus asa mencari alasan.

“Kita hanya bisa mengetahuinya nanti Ae yeona, sekarang kau jangan terlalu memikirkannya lagi pula appa belum memberitahu keluarga oh tentang kesepakatan kakek park dengan kakek oh tentang perjodohanmu ini” kata eomma Ae yeon menenangkan.

“Ne eomma” kata Ae yeon tetap lemah tanpa tenaga

“Sekarang kau beristirahatlah, besok kau ada jadwal berjaga pagi bukan ? jangan sampai kesiangan” eomma Ae yeon mengingatkan

“Arrasso eomma”

“Baiklah, selamat malam jaljayo” kata eomma Ae yeon lalu berdiri mematikan lampu kamar tidur dan keluar dari kamar Ae yeon.

.

.

.

“Aku pula….ng, oppa kapan kau kembali ?” kata Ae yeon antusias setelah sempat kalimat sapaannya terputus.

“Eoh, Ae yeona kau sudah pulang ? Aigooo ne dongsaeng bogoshippoyo~” kata chanyeol_oppa Ae yeon balik bertanya dan berjalan menuju tempat Ae yeon berdiri dengan merentangkan kedua tangannya.

“Yak ! kenapa oppa tidak bilang kalau akan kembali hari ini, aku kan bisa menjemput oppa dibandara” protes Ae yeon kesal .

Chanyeol hanya terkekeh “kau akan menjemputku dengan apa ? kau bahkan tidak bisa menyetir ?” cibir chanyeol.

“Aku kan bisa naik taksi” kata Ae yeon dengan memautkan bibirnya

“Aigoo ne dongsaeng kalau sedang merajuk benar-benar imut” goda chnyeol sambil memegang kedua belah pipi dongsaengnya dan menggerakkannya kekanan dan kekiri.

“Yak ! oppa, aku bahkan belum mengatakan aku merindukanmu dan kau sudah membuatku kesal. Sekarang aku sudah tidak merindukanmu” rajuk Ae yeon dan melepaskan tangan oppanya di kedua pipinya.

“Aigoo, kau sensitive sekali” kata chanyeol dengan mengusap puncak kepala Ae yeon dan berjalan keruang tv lalu duduk di sofa.

“Apakah hye jin eonni tahu kalau kau sudah kembali ?” Tanya Ae yeon

“eoh” jawab chanyeol cuek sambil menyalakan tv

“Bagaimana dengan eomma dan appa ? apa mereka juga sudah tau ?”

“Tentu saja”

“Yak ! jadi hanya aku yang tidak tahu kalian benar-benar curang !” marah Ae yeon dengan suara nyaring bahkan bisa dikatakan sebagai teriakan.

Benar saja Ae yeon benar-benar kesal karena bagaimana bisa hanya dia yang tidak tahu kalau oppanya yang sedang bertugas diluar negeri selama 5 bulan akan pulang, sedangkan mereka semua pasti tahu kalau Ae yeon benar-benar merindukan oppanya karena bagaimanapun Ae yeon sangat dekat dengan chanyeol, ya mungkin karena mereka hanya berdua bersaudara sehingga mereka benar-benar akur.

“Aigoo, bisakah kau pelankan suaramu ? gendang telingaku hampir pecah” protes chanyeol

“Ahh oppa hampir lupa, oppa punya hadiah untukmu” kata chanyeol berdiri dan berjalan kearah kamarnya

“Benarkah ? untukku ?” kata Ae yeon antusias mengekor chanyeol masuk ke kamar

“surprice sister !”

Ae yeon hanya terdiam memandang hadiah yang diberikan oppanya sampai akhirnya dia bersuara
“Yak ! ini undangan penikahan oppa dengan hye jin eonni, bagaimana bisa menjadi hadiah untukku”

“Apa kau lupa, ini adalah permintaanmu agar aku dan hye jin melakukan foto prawed untuk undangan perkawinan didepan Menara Eiffe, aku bahkan memaksa hyejin menyusulku ke paris hanya untuk ini, kau tahu betapa malunya aku melakukan pemotretan ditengah-tengah banyaknya wisatawan” keluh chanyeol atas usahanya memenuhi permintaan dongsaengnya yang bahkan dia sendiri melupakannya.

“Ahh benar, aku melupakannya”

“Kau bahkan belum tua tetapi sudah pikun” cela chanyeol.

Tidak ada respon dari Ae yeon dia hanya diam memandang undangan pernikahan oppanya, merasa Ae yeon tidak merespon celaannya chanyeol menoleh kearah Ae yeon dan menemukan Ae yeon sedang bengong dengan pandangan kosong.

“Wae ?” Tanya chanyeol merasa ada yang aneh dengan dongsaengnya.

“Ani, oppa apakah kau bahagia bertunangan dengan hye jin eonni ?” Tanya Ae yeon

“Tentu saja, mengapa kau menanyakannya ?”

“Tidak, hanya ingin tahu. Oppa bogoshippoyo” kata Ae yeon kemudian mengamit tangan chanyeol dan meletakkan kepalanya dibahu oppanya itu.

Chanyeol merasa ada yang aneh dengan dongsaengnya dia tahu betul sifat Ae yeon jika sedang ada masalah atau beban maka dia akan bersifat manja seperti sekarang tanpa mau menceritakan secara langsung apa masalahnya.

“Ae yeona wae ? apa kau ada masalah ?” Tanya chanyeol

“Eoh, ada oppa” kata Ae yeon berterus terang.

Benar, tidak salah lagi Ae yeon memang akan bersifat seperti ini kepada chanyeol jika sedang ada masalah dia tidak akan bercerita jika chanyeol tidak bertanya. Tapi memang chanyeol oppa terbaik bagi Ae yeon karena akan selalu menanyakan masalah apa yang sedang dihadapi dongsaengnya dan akan dengan suka rela mendengarkan cerita Ae yeon bahkan jika ceritanya panjang kali lebar.

“Oppa aku dijodohkan alm kakek park”

“Apa ? dijodohkan ? bagaimana bisa ? dengan siapa ?”

“Oppa Tanya itu satu-satu jangan rombongan”

“Mian, oppa kaget tepatnya penasaran bagaimana bisa ?”

“Molla, aku bahkan eomma dan appa juga baru tahu setelah menerima telpon dari nenek park, katanya itu adalah kesepakatan alm kakek dengan sahabatnya”

“Apakah kau sudah bertemu dengan calon yang dijodohkan denganmu itu”

“Belum, bahkan namanya saja aku tidak tahu. Kata eomma appa belum memberitahu keluarga mereka”

“Eoh, tenanglah Ae yeona, oppa akan mengorentasinya jika dia benar-benar akan menikah denganmu, bagaimanapun lelaki yang akan menikahi dongsaengku harus sekeren oppanya, aku tidak akan membiarkan dia atau lelaki manapun menyakiti dongsaeng kesayanganku”

“Gomawo oppa, kau memang selalu bisa diandalkan”

“Tentu saja karena oppa adalah oppa terkeren” kata chanyeol narsis dengan senyum yang menunjukkan gigi putihnya

“Ckk, aku salah terlalu memujimu” kata Ae yeon tertawa.

.

.

.

Seorang namja terlihat sedang menunggu seseorang dengan tenang duduk disalah satu kursi ditaman kota dengan melipat kedua tangannya di depan dada memandang kosong pada orang-orang yang berlalu-lalang dihadapannya. Ya andai saja sehun tidak mengiyakan permintaan rara untuk bertemu ditempat ini dan andai saja sehun kuat mendengar permohonan-permohonan gadis itu yang bisa dikatakan sebagai paksaan mungkin sekarang sehun sudah tiba dirumah dan berbaring dikasurnya yang begitu nyaman. Sehun yang tetap dengan lamunannya tidak menyadari bahwa sedari tadi gadis yang telah memaksanya untuk datang dan menunggu ditaman ini telah duduk disampingnya.

“Anyeong Sehun-shi, apa kau lama menunggu ?”

“Eoh, aku sudah lama berada di tempat ini”

“Mian, aku perlu mempersiapkan diri”

“Memang apa yang perlu kau siapkan hanya untuk datang ketempat ini ?”

“Kau tidak mengerti seorang gadis sehun-shi, seorang gadis perlu mempersiapkan dirinya dengan baik jika ingin bertemu dengan lelaki yang disukainya”

Sehun hanya diam tidak menanggapi perkataan rara yang terang-terangan mengatakan menyukainya. Sehun tidak ingin memberi harapan tapi dia juga tidak mampu menolak, hanya diam ya hanya itu yang bisa dilakukan sehun untuk sekarang.

“Sehun-shi apa kau ingin es cream ?” Tawar rara kepada sehun setelah melihat truk yang menjual es cream diseberang jalan.

“Terserah kau saja” jawab sehun acuh.

“Oke, kau tunggu disini ne, biar aku yang membelikan untukmu” kata rara sambil berlalu menuju truk es cream tersebut.

Kembali sehun hanya diam tidak menanggapi perkataan rara dan menatap kosong keseberang jalan dan tanpa sengaja mata sehun fokus pada satu objek yang akhir-akhir ini sangat familiar dimatanya.

“Gadis itu dia gadis yang waktu itu ah kebetulan sekali kenapa aku selalu bertemu dengannya tapi tunggu gadis itu tidak sendirian dia dengan seorang namja, yak siapa namja itu” kata sehun dalam hati.

Sehun tetap memperhatikan seorang namja dan yeoja yang menurutnya sangat familiar itu, mereka berdua asik berbincang-bincang dan sesekali tertawa bersama. sementara namja dan yeoja yang sehun perhatikan sama sekali tidak menyadari ada seseorang yang memperhatikan mereka.

“Ae yeona bagaimana apakah laporanmu diterima oleh professor ahn ?” Tanya baekhyun, Ya hari ini Ae yeon dan baekhyun berkesempatan pulang bersama karena jadwal mereka sama-sama telah selasai dan mereka memutuskan untuk pulang bersama karena rumah mereka memang searah.

“Aniyo sunbae, jangankan diterima melihat batang hidung professor dan menyerahkan laporanku saja aku tidak sempat” kata Ae yeon dengan ekspresi lesu

“Bagaimana bisa ?”

“Itu kesalahanku, aku bangun kesiangan dan terlambat menemui beliau dan sunbae pasti tau apa yang dia lakukan kepada ku sebagai akibatnya”

“Kau akan diberikan wejangan selama 24 menit”

“Aniyo, aku ditinggal beliau keluar kota selama seminggu dengan laporan yang sama sekali belum aku serahkan” kembali Ae yeon berkata sambil menundukkan kepala.

“Hhhm ? benarkah ? wahh beliau tambah kejam saja”

“Eoh, dan aku rasa beliau bersifat kejam kuadrat kepadaku” kata Ae yeon dengan muka kesalnya

Baekhyun hanya terkekeh dan menepuk pundak Ae yeon sebagai ungkapan agar Ae yeon dapat bersabar dan Ae yeon menerimanya dengan senyum manisnya.

“Yak ! sebenarnya siapa namja itu berani sekali dia memeluk gadis itu” kembali sehun berkata didalam hati meliat namja yang bersama yeoja yang dia kenali menepuk pundak yeoja itu. Padahal namja itu hanya menepuk pundaknya saja tetapi sehun berlebihan menganggapnya memeluk yeoja itu.

“Namja itu benar-benar mengambil kesempatan” gumam sehun sendiri

“Apakah yeoja itu tidak menyadarinya, cih bodoh sekali dia” lagi sehun marah-marah sendiri.

“Sehun-shi, kau bicara apa ?” Tanya rara membuyarkan fokus sehun

“Aniyo, aku tidak berbicara apa-apa” kata sehun cepat kaget karena dipergoki oleh rara

“Apa yang kau lihat disana ?” lagi rara bertanya dan ikut memandang kearah pandangan sehun

“Tidak ada” kata sehun kembali dingin seperti sehun biasanya

Rara hanya tersenyum dan kembali melihat kearah tadi dimana ada seorang namja dan yeoja yang berjalan bersama.

.

.

.

Siang hari saat jam makan siang tuan Park duduk disalah satu kursi di sebuar restoran mewah, tuan park hanya sediri tepatnya sedang menunggu tamunya tuan Oh, sebenarnya ini bukan kali pertama mereka bertemu karena pada dasarnya mereka adalah teman kecil dan selalu berada disekolah yang sama hanya saja saat di perguruan tinggi mereka memilih jalan masing-masing untuk masa depan mereka dan sekarang setelah mereka memiliki keluarga mereka semakin jarang bertemu oleh kesibukan masing-masing. Ya tuan park sibuk dengan pekerjaan di rumah sakit dan tuan oh sibuk dengan perusahan gamenya.

“Ohh Ji Hunaa kau sudah tiba ?” sapa tuan park sambil berdiri seketika setelah tuan oh berada di hadapannya.

“Maaf membuatmu menunggu lama chan seulaa” kata tuan oh merasa tidak enak.

“Ahh tidak apa-apa, aku maklum seorang pengusaha sepertimu memang sangat sibuk” jawab tuan park seraya bergurau.

“Kau bisa saja Chan seulaa, bagaimana pekerjaanmu ?” Tanya tuan oh

“Seperti halnya dokter, aku selalu berhadapan dengan orang sakit” lagi tuan park bergurau

“Ya, itu tentu saja kau seorang dokter” kata tuan oh tertawa.

“Jadi ada apa sebenarnya sampai-sampai kau mengajakku bertemu mendadak seperti ini?” Tanya tuan oh langsung to the point.

“Begini, Ji Hunaa, beberapa hari yang lalu eomma ku menelponku dan memberikan sebuah kabar yang menurutku sangat mengejutkan” kata tuan park memulai cerita.

“Kau pasti tau kedua orang tua kita berteman akrab ?” Tanya tuan park sekedar berbasa basi.

“Tentu saja, lalu ?” tuan oh mulai penasaran dengan cerita teman lamanya ini.

“Ternya tanpa kita ketahui mereka berdua saling membuat janji untuk menjodhkan cucu-cucu mereka, ya anak kita berdua Park Ae yeon dan Oh Sehun” Jelas tuan park.

Wajah tuan oh tampak terkejut, “Wajar jika kau terkejut karena akupun juga begitu.” Lanjut tuan park

“Kenapa eommoni baru memberi tahukan hal ini kepadamu ?” Tanya tuan oh

“Aku tidak tahu, hanya saja kata eommoni sekarang waktu yang tepat karena anak-anak sudah beranjak dewasa” Tuan park kembali menjelaskan.

“Apa kedua orang tuamu tidak pernah menyinggung masalah ini ?” tuan park balik bertanya.

“Dulu sewaktu oh sehun masih berusia lima tahun abeoji memang pernah berkata kalau oh sehun akan mempunyai istri yang manis, hanya saja aku tidak tahu yang dimaksud beliau adalah Ae yeon dan setelah kecelakan hari itu aku sama sekali tidak tahu apapun, beliau tidak pernah memberitahuku” Jawab tuan oh panjang lebar.

“Mian, Ji Huna membuatmu mengingat kejadian itu” tuan park merasa tidak enak.

“Tidak apa-apa, tapi bagaimana ini Chan seul, Oh sehun baru saja aku jodohkan dengan rekan bisnisku tuan Kim Jun Su” Tanya tuan oh yang sukses membuat wajah tuan park kaget, bingung, dan entahlah semuanya campur aduk dibenaknya.

.

.

.

TBC

15 thoughts on “Shouldn’t Have #3

  1. Pingback: Shouldn’t Have #11 | BABY BEE

  2. Pingback: Shouldn’t Have #12END | BABY BEE

  3. Pingback: [EXOFFI FREELANCE] Shouldn’t Have (Chapter 4) | EXO FanFiction Indonesia

  4. Pingback: [EXOFFI FREELANCE] Shouldn’t Have (Chapter 5) | EXO FanFiction Indonesia

  5. Pingback: [EXOFFI FREELANCE] Shouldn’t Have (Chapter 6) | EXO FanFiction Indonesia

Leave a reply to jessxoxo98 Cancel reply