{Our Love} Sorry – by bebebaek_

by bebebaek_

 

Because I Miss You |

 

Main cast : Byun Baek Hyun (EXO), Kim Na Na (oc).

Genre : romance, marriage life.

 

Length : Oneshoot | Rating : General.

 

Hasil khayalan sendiri, don’t plagiat.

 

Sorry Bertaburan Typo-.-

.

.

.

Baekhyun keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan lilitan handuk yang menutupi bagian pinggul hingga lututnya. Pemuda itu mengedarkan seluruh pandangan nya ke setiap penjuru kamar mencari-cari sosok isterinya yang telah hilang dari jangkauan matanya.

“Apa dia sudah berangkat ?” Gumam baekhyun pelan sembari melangkah mendekati tempat tidurnya.

Lengan baekhyun terulur menyentuh setelan pakaian yang telah di siapkan sang isteri untuknya. Perlahan senyum di bibirnya terbit, baekhyun selalu bahagia dengan kebiasaan nana satu ini. Isterinya itu tidak pernah lupa menyiapkan pakaian untuknya setiap hari.

Setelah mengenakan pakaian itu dengan rapi baekhyun segera keluar menuju dapur dan mata kecil pemuda itu menemukan sebuah memo di atas kertas kuning yang tergeletak di atas meja.

‘Jangan lupa sarapan dan habiskan susumu♡’

Baekhyun lagi-lagi tersenyum. Ia di perlakukan tidak jauh berbeda dari seorang anak bahkan ketika memiliki seorang isteri. Ya, nana selalu menyediakan susu hangat untuknya. Wanita itu tahu betul baekhyun tidak menyukai teh ataupun kopi di pagi hari.

Baru saja baekhyun menenggak setengah dari susunya tiba-tiba ponsel di sakunya bergetar. Segera baekhyun membuka sebuah pesan yang baru saja ia terima.

‘Bee maaf aku lagi-lagi meninggalkanmu, syuting hari ini di mulai begitu pagi dan aku tidak tega membangunkanmu. Aku akan pulang cepat malam ini. Semoga harimu menyenangkan♡’

Baekhyun menutup ponselnya memasukkannya kembali dan melanjutkan sarapannya dengan sisa senyum yang tidak bisa hilang dari wajahnya.

Setelah bulan madu keduanya beberapa minggu yang lalu di belanda baekhyun ikut pulang dengan sebuah keputusan besar. Ia memilih mengalah dari nana yang tidak ingin berhenti dari pekerjaannya. Ya, baekhyun sekarang memilih untuk tidak lagi aktif sebagai seorang pianis. Namun ia tidak berhenti sepenuhnya. Pemuda itu memilih untuk menerima tawaran dari salah satu universitas untuk mengajar kelas musik dan baekhyun juga tetap akan tampil pada sebuah event tertentu jika itu memungkinkan untuknya.

Keputusan itu tidak di buatnya tanpa sebuah pemikiran panjang. Baekhyun yakin keputusan itu adalah hal terbaik baginya. Karena selama ini baekhyun terus saja merasa kosong dan menahan rindu jika selalu berjarak antar negara dengan nana.

Tapi setelah beberapa minggu ia kembali, sebuah pertanyaan kembali muncul, apa ia harus menyesal sekarang ? Karena faktanya meski ia berkorban banyak dan memiliki banyak waktu luang untuk sang isteri tapi nana justru sebaliknya, wanita itu sekarang begitu sibuk. Terkutuklah! Sutradara, producer dan segala yang bersangkutan dengan pembuatan sebuah acara tv karena baekhyun benci mendapati isterinya selalu bekerja membuat naskah, mengedit dan memperbanyaknya terlebih mengapa ia juga harus berada di lokasi syuting sedangkan -ahhhk baekhyun benar-benar tidak mengerti tentang hal itu.

Baekhyun melajukan mobilnya menuju kampus dimana ia mengajar. Sejenak pikiran baekhyun melayang saat ia terjebak lampu merah dan melihat sepasang suami isteri berjalan dengan sang suami yang menggendong seorang bayi. Ingatan baekhyun melayang pada beberapa hari yang lalu ketika ia dan nana mengunjungi sahabat mereka yang telah di karuniai seorang anak.

Baekhyun benar-benar takjub bagaimana bisa anak itu benar-benar mirip dengan jongdae -ayahnya, bahkan baekhyun menyebut daeul sebagai replika pria yang dulu di berinya gelar pemuda bebek itu.

Baekhyun terkekeh geli bagaimana bisa ia begitu cemburu dengan keluarga baru itu. Bukankah ia dan nana yang menikah lebih dulu ? Tapi justru merekalah yang memiliki seorang anak mendahului mereka, ya- walaupun baekhyun tahu betul ceritanya tetap saja ia merasa begitu iri.

Baekhyun terperanjat ketika nyaring bunyi klakson meronta memprotes mobilnya yang tidak juga melaju sedangkan lampu lalu lintas telah berganti. Tersadar, buru-buru baekhyun melajukan mobilnya berbaur dengan mobil lainnya memecah jalanan seoul di pagi hari.

***

Baekhyun turun dari kampus saat langit telah petang, pemuda itu berjalan menuju tempat parkir. Lengan baekhyun meraih ponselnya setelah ia duduk di balik kendali mobilnya. Jemari lentik pemuda itu begitu cekatan menekan-nekan layar datar itu menyambungkan panggilan pada orang di seberang sana.

“Kau sudah pulang ?” Suara baekhyun bertanya setelah panggilannya di angkat oleh nana sang pemilik nomer.

“Belum” sahut nana lemah. Baekhyun tahu isterinya itu pasti begitu lelah.

“Jadi pulang cepat ?” Tanya baekhyun dengan nada lembut.

“Ya, aku akan pulang sebentar lagi” pasti nana membuat senyum baekhyun kembali terbit.

“Aku merindukanmu” ucap pemuda itu setelahnya.

“Ckckkc, kita bertemu setiap hari baek-ah” kekeh nana dari seberang namun baekhyun yakin wanitanya itu pasti juga tengah tersenyum sepertinya.

“Ya, tapi kita tidak bersama setiap detiknya”

“Baiklah aku tunggu di rumah” lanjut pemuda itu setelahnya. Baekhyun segera mematikan sambungannya setelah mendapat persetujuan dari nana. Senyumnya masih bertahan hingga ia menyalakan mesin mobil dan melajukannya.

Sebuah ide melintas di pikirannya saat mobil yang ia lajukan melewati toko yang menjual berbagai pernak pernik hiasan rumah. Tanpa pikir panjang baekhyun memutuskan untuk memutar balik dan berhenti di depan toko tersebut.

Baekhyun memasuki toko di iringi sambutan hangat dari pegawai toko yang sedang berjaga. Pemuda itu kemudian berjalan mengeliling setiap rak yang menyajikan berbagai macam jenis hiasan.

Pandangan baekhyun terkunci pada salah satu rak di mana berbagai jenis dan warna lilin aroma terapi tersaji dengan berbagai jenis ukuran.

Baekhyun tersenyum. Nana pasti akan menyukainya, bukankah akan menenangkan jika ia menyalakannya di kamar mereka terlebih suasana akan menjadi romantis.

Lengan baekhyun terulur menyentuh satu demi satu lilin-lilin di depannya. Pemuda itu bingung harus memilih yang mana dan membeli dalam jumlah berapa.

“Apa aku harus membeli semuanya ? Mereka semua terlihat begitu indah” gumam baekhyun seorang diri.

“Ya, jika aku membeli semuanya. Aku bisa menyusunnya membentuk hati bukan ?” Lanjutnya membayangkan adegan dari sebuah film yang pernah ia tonton.

“Eyyyy tapi ku rasa itu terlalu berlebihan” baekhyun mengurungkan niatnya. Pemuda itu kemudian hanya mengambil lima buah lilin dengan ukuran kecil.

Setelah memutuskan dan mengambilnya baekhyun beranjak menuju kasir untuk kemudian membayar lalu keluar menuju mobilnya kembali.

Kini baekhyun telah berada di rumah mereka, setelah membersihkan diri dan mengganti pakaiannya dengan pakaian rumahan. Baekhyun membuka kantong plastik belanjaan yang sebelumnya ia letakkan di atas tempat tidurnya.

Baekhyun mengambil lilin-lilin itu kemudian mengedarkan pandangannya pada penjuru kamar, mencari tempat dimana ia harus meletakkan kelima lilin itu.

Senyum puas lantas tercetak di wajah baekhyun setelah ia meletakkan lilin-lilin itu di atas meja nakas kiri dan kanan tempat tidur mereka dan sisanya ia letakkan di atas meja rias sang isteri.

Kreeeeeekk.

Baekhyun tersentak mendengar suara pintu kamar yang terbuka. Buru-buru pemuda itu duduk di atas kasur dan mengubah ekspresinya sebiasa mungkin.

“Eoh. Kau pulang yeobo” sapa baekhyun dengan senyumnya.

Nana balas tersenyum kemudian mengangguk mengiyakan. “Sudah makan malam ? Apa ingin ku buatkan-“

“Tidak. Aku sudah makan. Bagaimana denganmu ? Kau belum makan malam ?” Potong baekhyun balik bertanya.

Nana menggeleng pelan, wanita itu menunduk lesu setelah mendapat tatapan menguliti dari  baekhyun.

“Eummm aku baru saja meminum jus di dapur. Ya jus! Bukankah itu sehat ?” Kilah nana dengan cengiran menggemaskan miliknya dan tentu saja itu berhasil menyudahi tatapan geram sang suami.

Baekhyun terkekeh. “Mandilah agar kau lebih segar” suruh pemuda itu kemudian.

Nana mengangguk lalu tanpa suara ia beranjak menuju kamar mandi setelah sebelumnya meletakkan tasnya di atas sofa panjang yang berada di ujung tempat tidur.

Baekhyun meggunakan kesempatan itu untuk menyalai kelima lilin di tempatnya masing-masing. Ia kemudian mematikan lampu kamar membiarkan lilin-lilin itu menyala dengan hanya di temani oleh kedua lampu tidur tamaram di kedua sisi meja nakas.

Nana yang baru saja keluar dari kamar mandi menghentikan langkahnya tepat diambang pintu saat menyadari suasana kamar mereka tidak seperti biasanya.

Sinar lampu tamaran di tambah lilin-lilin aroma terapi membuat suasana kamar yang di dominasi warna putih tulang itu menjadi klasik karena sentuhan sinar kuning dan kelap kelip api yang bergoyang dari simbu lilin.

Baekhyun menepuk sisi kosong tempat tidur di sampingnya menginterupsi nana yang telah mengenakan piama tidur dan handuk yang masih menggulung di kepalanya untuk mendekat.

Nana menurut. Wanita itu duduk tepat di samping baekhyun. Wajah nana begitu kentara bingung akan suasana yang di ciptakan baekhyun.

Baekhyun tersenyum teduh mendapat tatapan penuh tanya dari nana. Tanpa niat untuk menjelaskannya lengan baekhyun terulur mengabil handuk yang melilit menutupi rambut di kepala nana.

“Tunggu di sini aku akan mengeringkannya untukmu”

Baekhyun bergerak mengambil sisir yang tergeletak di atas meja rias lalu kembali. Pelan-pelan dengan lembut baekhyun menyisiri rambut panjang hitam nana, sesekali baekhyun juga mengusap lembut helaian rambut itu dengan handuk yang masih berada di pangkuannya.

“Baek-ah mengapa tiba-tiba di kamar kita ada lilin ?” Tanya nana di sela kegiatan baekhyun mengusap-usapkan handuk di rambutnya.

“Kau pasti lelah seharian berada di lokasi. Tadi aku mampir ke salah satu toko dan aku melihat mereka, ku dengar lilin aroma bisa membuat rileks karena itu aku membelinya” jelas baekhyun masih dengan kegiatannya.

“Eummm” nana bergumam membenarkan. “bagaimana dengan kelasmu hari ini ?” Lanjut nana balik bertanya.

“Tidak ada yang berbeda” jawab baekhyun santai.

“Apa tidak ada mahasiswi yang mencoba mendekatimu ? Ya kau tau kan mendekati dalam hal- oh! Bukankah suamiku masih terlihat muda dan tampan”

Baekhyun tersenyum simpul. Ia mengerti maksud nana. Baekhyun menyudahi kegiatannya dengan meletakkan sisir di tangannya di atas meja nakas lalu kedua lengan baekhyun meraih pundak nana menggiring sang empunya untuk berbalik.

“Aigoo sejak kapan seorang nana begitu pencemburu” goda baekhyun setelah keduanya saling berhadapan.

Nana terkekeh pelan. “Entahlah!” Suara wanita memukul pelan dada baekhyun dengan wajah tertekuk.

Kali ini baekhyun yang kembali terkekeh geli. Ekspresi istrinya itu benar-benar menggemaskan jika sedang kesal salah tingkah seperti saat ini.

Baekhyun mendaratkan sebuah kecupan singkat di bibir nana. Senyum baekhyun kembali mengembang setelah ia menarik kembali wajahnya dan mendapati nana mengerucutkan bibirnya kesal akan perlakuan baekhyun yang mencuri ciumannya tiba-tiba.

Baekhyun tidak tahan. Nana begitu menggemaskan dengan ekspresi seperti itu, maka sekali lagi baekhyun mendekatkan wajahnya menyapu bibir lembut itu. Kali ini bukan hanya sebuah kecupan, baekhyun melumat pelan bibir nana sebelum kembali menjauhkan wajahnya mengakhiri.

“Nana-ya kau ingat putra yunmi dan jongdae ?” Tanya baekhyun dengan tatapan yang entah sejak kapan berubah sayu.

“Eoh! Daeul. Ya, tentu saja aku mengingatnya. Dia begitu menggemaskan” jawab nana antusias. Ia bahkan kembali mengingat kunjungan keduanya kerumah sahabat mereka itu.

“Eummm aku benar-benar takjub bagaimana bisa anak itu begitu mirip dengan jongdae”

“Ya, kau bahkan  menyebutkan replika kecil jongdae” nana tersenyum mengingatnya.

Baekhyun ikut tersenyum dan menguatkan pegangannya di kedua pundak nana “Nana-ya, apa kau juga ingin memiliki anak seperti yunmi dan jongdae ?”

“Melihat daeul aku jadi begitu ingin memiliki seorang replikaku atau dirimu” lanjut baekhyun menatap dalam manik hitam nana.

Nana terkunci akan tatapan dalam itu. Belum sempat ia membuka suara untuk menjawab perkataan baekhyun. Pemuda itu lebih dulu kembali mendaratkan sebuah ciuman di bibirnya.

Ciuman baekhyun lebih menuntut, pemuda itu memberikan kecupan, sapuan dan lumatan yang begitu dalam namun juga membuai. Nana bersumpah ia sebenarnya terhanyut hanya saja suatu alasan membuatnya harus menyudahi ini semua sebelum baekhyun terlalu terbawa dan berujung kecewa.

Nana berusaha menarik wajahnya sebagai usaha untuk memisahkan tautan mereka. Namun usaha nana sia-sia karena saat nana menarik wajahnya lengan baekhyun dengan sigap menarik tengkuknya untuk kembali mendekat.

Kedua lengan nana terulur menahan dada baekhyun yang semakin menghimpitnya. Wanita itu menunduk membuat tautan mereka akhirnya terpisah.

Nana memutus tautan keduanya sepihak. Nafas keduanya masih memburu saat baekhyun menatapnya dengan tatapan penuh tanya.

Nana membalas tatapan itu dengan tatapan penuh rasa bersalah. “Maaf aku tidak bisa sekarang” suaranya berat. Namun baekhyun belum mengerti. Pemuda itu hanya diam di tempatnya.

“Aku sedang dalam masa periodeku” lanjut nana membuat baekhyun akhirnya mengerti. Baekhyun menghela nafasnya berat tapi penuh kelegaan. Ya, jika boleh jujur baekhyun sempat takut akan alasan nana menolaknya.

Baekhyun memejamkan matanya. Dirinya telah berada di puncak batas pertahanan seorang pria. Namun meliat wajah nana yang penuh rasa bersalah, hati baekhyun terasa mengecil ia tidak tega membebani isterinya seperti itu.

Baekhyun mendekat memeluk nana sayang. “Tidak apa-apa” kata baekhyun menenangkan.

“Kita masih memiliki banyak waktu” lanjut baekhyun dengan mengecup lembut puncak kepala nana.

Nana masih di liputi rasa bersalah ketika ia mengangguk di pelukan baekhyun. Pelukan baekhyun tidak pernah berubah selalu hangat dan nyaman. Suasana hati nana menghangat. Sesekali ia menggeser kepalanya di dada baekhyun. Tapi nana tidak pernah tahu jika apa yang ia lakukan itu membuat sesuatu di dalam diri baekhyun kembali berdesir.

‘Jangan menyiksaku nana-ya’

Fin

Akhirnyaaaaaa!!!! Ini series update juga. Duhhh asli gak tau mau bikin cerita apa ? Ada yang punya ide gak ini kapel mau gimana ceritanya. Bebeb lagi mandekkk banget nih. Maklumin yaaaaaa😣😣😣😣

😥bebebaek_

Leave a comment